Profil Desa Notog
Ketahui informasi secara rinci Desa Notog mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Notog, Kecamatan Patikraja, Banyumas. Mengupas tuntas peran historis dan modern desa ini sebagai lokasi Terowongan Notog, dari warisan kolonial hingga menjadi bagian krusial Proyek Strategis Nasional jalur ganda kereta api.
-
Saksi Sejarah Perkeretaapian
Merupakan rumah bagi terowongan kereta api bersejarah peninggalan zaman kolonial yang telah beroperasi lebih dari satu abad.
-
Bagian dari Proyek Strategis Nasional
Menjadi lokasi pembangunan terowongan baru untuk jalur ganda (double track), sebuah infrastruktur modern yang vital bagi transportasi nasional.
-
Kehidupan di Jalur Lintas Zaman
Memiliki masyarakat yang kehidupannya beradaptasi secara unik dengan denyut nadi jalur kereta api, dari deru lokomotif uap hingga kereta modern.

Di antara jajaran desa di Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas, Desa Notog memiliki identitas yang terukir bukan oleh hasil buminya, melainkan oleh jalur besi yang menembus perbukitannya. Desa ini lebih dari sekadar titik pada peta; ia merupakan sebuah monumen hidup, saksi bisu perjalanan teknologi dan sejarah bangsa yang terwujud dalam bentuk terowongan kereta api. Nama Notog tidak dapat dipisahkan dari infrastruktur perkeretaapian yang melintasinya. Di sinilah masa lalu kolonial bertemu dengan ambisi modernitas Indonesia, menjadikan profil Desa Notog sebagai sebuah narasi unik tentang perannya sebagai gerbang penghubung yang melintasi zaman.
Geografi dan Demografi: Kehidupan di Perbukitan Jalur Kereta
Secara geografis, Desa Notog terletak di kawasan dengan topografi yang bergelombang hingga berbukit curam. Kontur alam inilah yang menjadi alasan utama mengapa pembangunan terowongan menjadi suatu keniscayaan untuk jalur kereta api yang melintasinya. Wilayahnya yang diapit perbukitan menciptakan pemandangan khas di mana pemukiman penduduk dan lahan pertanian menyebar di lembah-lembah dan lereng yang lebih landai, seolah memeluk jalur kereta api yang menjadi arteri utamanya.
Menurut data dari publikasi "Kecamatan Patikraja dalam Angka 2020" oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banyumas, Desa Notog memiliki luas wilayah 2,49 kilometer persegi (2,49 km2). Pada periode yang sama, jumlah penduduknya tercatat sebanyak 4.295 jiwa. Dari data tersebut, kepadatan penduduk Desa Notog ialah sekitar 1.725 jiwa per kilometer persegi (1.725 jiwa/km2). Sebaran penduduk ini cenderung terkonsentrasi di area-area yang relatif datar dan mudah diakses, terutama di sekitar jalan desa dan tidak terlalu jauh dari jalur kereta.
Kehidupan sehari-hari masyarakat sangat dipengaruhi oleh keberadaan jalur kereta ini. Suara gemuruh kereta yang melintas telah menjadi bagian dari ritme harian warga, sebuah "soundtrack" yang menandai perjalanan waktu dari pagi hingga malam.
Terowongan Notog: Jendela Dua Zaman di Jantung Desa
Keistimewaan utama Desa Notog terletak pada keberadaan dua terowongan kereta api yang berdampingan namun berasal dari dua era yang berbeda. Keduanya menjadi simbol perjalanan teknologi dan prioritas pembangunan nasional dari masa ke masa.
Warisan Kolonial: Terowongan Lama Notog
Terowongan Notog yang asli merupakan sebuah mahakarya teknik peninggalan pemerintah Hindia Belanda, dibangun oleh perusahaan kereta api negara Staatsspoorwegen pada sekitar tahun 1915. Dengan panjang 260 meter, terowongan ini dibangun menembus Bukit Gamping untuk menghubungkan Purwokerto dengan Kroya sebagai bagian dari jalur lintas selatan Jawa. Pembangunannya pada masa itu merupakan proyek raksasa yang melibatkan kerja keras dan teknologi sederhana. Selama lebih dari satu abad, terowongan ini telah setia melayani jutaan perjalanan, menjadi saksi bisu dari era lokomotif uap hingga lokomotif diesel modern. Kini, terowongan bersejarah ini menjadi sebuah cagar budaya tidak resmi, sebuah monumen yang mengingatkan pada fondasi awal transportasi massal di Indonesia.
Gerbang Modernitas: Terowongan Baru untuk Jalur Ganda
Seiring meningkatnya volume lalu lintas kereta api, terowongan tunggal yang lama menjadi sebuah hambatan (bottleneck). Untuk mengatasi ini, pemerintah Indonesia melalui PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan Kementerian Perhubungan melaksanakan Proyek Strategis Nasional (PSN) pembangunan jalur ganda (double track) lintas selatan Jawa. Salah satu bagian paling krusial dari proyek ini ialah pembangunan Terowongan Notog baru yang letaknya bersebelahan dengan terowongan lama.
Terowongan baru ini memiliki panjang 471 meter, dibangun dengan teknologi konstruksi modern untuk menampung satu jalur rel. Proyek yang rampung beberapa tahun lalu ini secara signifikan meningkatkan kapasitas lintas, mempersingkat waktu tempuh dan meningkatkan aspek keselamatan perjalanan kereta api. Kehadiran terowongan baru ini mengubah wajah Desa Notog, menempatkannya sebagai bagian penting dari infrastruktur transportasi modern Indonesia.
Perekonomian Desa: Antara Agraris dan Denyut Besi
Perekonomian Desa Notog ditopang oleh dua sektor utama yang berjalan beriringan. Pertama ialah sektor agraris tradisional. Mengingat kondisi lahannya yang berbukit, komoditas pertanian yang dikembangkan lebih didominasi oleh tanaman keras dan perkebunan rakyat, seperti pohon albasia (sengon), kelapa, dan tanaman buah-buahan. Pertanian tanaman pangan seperti padi dan palawija dilakukan di lahan yang terbatas.
Sektor kedua, yang secara unik dipengaruhi oleh lingkungannya, ialah ekonomi yang terkait dengan perkeretaapian. Selama proyek pembangunan terowongan jalur ganda berlangsung, banyak warga lokal yang terserap sebagai tenaga kerja. Selain itu, kehadiran ratusan pekerja dari luar daerah turut menggerakkan ekonomi lokal melalui permintaan akan tempat tinggal sementara, warung makan, dan jasa lainnya. Meskipun bersifat temporer, dampak ekonomi ini cukup signifikan bagi desa. Di luar itu, sebagian kecil warga juga ada yang bekerja untuk PT KAI, melanjutkan tradisi "anak kereta" yang telah ada sejak lama.
Peran Pemerintah Desa dalam Proyek Strategis Nasional
Pemerintah Desa Notog memainkan peran yang sangat strategis dan penuh tantangan selama proses pembangunan terowongan baru. Mereka menjadi jembatan utama antara pihak pelaksana proyek (kontraktor dan pemerintah pusat) dengan masyarakat lokal. Fungsi ini mencakup beberapa aspek krusial:
- Sosialisasi dan MediasiPemerintah desa menjadi garda terdepan dalam menyosialisasikan rencana proyek kepada warga. Mereka juga berperan sebagai mediator dalam proses pembebasan lahan, memastikan komunikasi berjalan lancar dan hak-hak warga terpenuhi.
- Manajemen Dampak SosialProyek konstruksi skala besar tak pelak menimbulkan dampak sosial, seperti kebisingan, getaran, dan peningkatan lalu lintas kendaraan berat. Pemerintah desa bertugas untuk menampung keluhan warga dan menyampaikannya kepada pihak proyek untuk dicarikan solusi.
- Koordinasi Keamanan dan KetertibanBekerja sama dengan Bhabinkamtibmas dan Babinsa, pemerintah desa membantu menjaga kondusivitas lingkungan selama proyek berlangsung.
Kemampuan pemerintah desa dalam mengelola dinamika ini menunjukkan kapasitas kepemimpinan lokal dalam berhadapan dengan proyek berskala nasional, sebuah pengalaman berharga yang tidak dimiliki oleh banyak desa lain.
Dimensi Sosial: Hidup Bersama Deru Kereta Api
Kehidupan sosial masyarakat Desa Notog telah terjalin erat dengan keberadaan jalur kereta api. Bagi generasi tua, jalur dan terowongan lama merupakan bagian dari kenangan masa kecil mereka. Bagi generasi muda, terowongan baru dan meningkatnya frekuensi kereta menjadi simbol kemajuan dan konektivitas.
Jalur kereta api bukan hanya pemisah fisik, tetapi juga menjadi penanda lokasi dan sumber orientasi. Ungkapan seperti "rumah di seberang rel" atau "kebun di dekat terowongan" menjadi hal yang lumrah dalam percakapan sehari-hari. Relasi unik antara masyarakat dan infrastruktur ini membentuk identitas kolektif yang kuat, di mana mereka memandang jalur kereta bukan sebagai "milik pemerintah" semata, melainkan sebagai bagian tak terpisahkan dari halaman belakang rumah mereka sendiri.
Dari Lintas Sejarah Menuju Lintas Masa Depan
Desa Notog berdiri tegak sebagai sebuah anomali yang membanggakan. Ia adalah desa yang ceritanya ditulis oleh deru roda besi di atas rel. Dari terowongan tua yang menyimpan memori kerja paksa dan kebangkitan awal transportasi, hingga terowongan baru yang memancarkan optimisme pembangunan modern, Notog menjadi kanvas bagi narasi perjalanan bangsa.
Ke depan, potensi desa ini tidak hanya terletak pada sektor agraris, tetapi juga pada potensi wisata sejarah dan edukasi. Kisah pembangunan kedua terowongan ini merupakan aset tak ternilai yang bisa dikemas menjadi daya tarik unik. Dengan terus menjaga harmoni antara kehidupan masyarakat dan denyut nadi perkeretaapian, Desa Notog tidak hanya akan terus menjadi perlintasan, tetapi juga sebuah destinasi yang menceritakan bagaimana sebuah desa kecil di perbukitan Banyumas menjadi gerbang penting bagi masa lalu dan masa depan Indonesia.